Keris Sengkelat Kuno PB Sepuh

Keris sengkelat kuno PB sepuh
Pamor kulit semangka full ( atas sampai bawah tidak putus )
Tangguh perkiraan PB II 
Warangka ladrang solo kayu trembalo lawas nginden
Pendok blewah
Handle kayu kemuning bang lawas
Selut tembaga mata yakut
Panjang 36 cm


Mahar Rp.6.500.000,-


Makna Filosofi Keris Dhapur Sengkelat Luk 13
Keris Sengkelat adalah salah satu dhapur Keris luk 13 yang sangat terkenal dan melegenda. Keris sengkelat memiliki ukuran panjang bilah sedang dan memakai odo-odo sehingga permukaan bilahnya nggigir sapi.

Sedangakan ciri-ciri Keris dhapur Sengkelat antara lain:
• Memakai kembang kacang, ada yang dilengkapi jenggot dan ada yang tidak.
• Satu lambe gajah.
• Sogokan rangkap dengan ukuran normal.
• Sraweyan.
• Ri pandan.
• Greneng.
• Kruwingan.

Keris dhapur Sangkelat sangat mirip dengan Keris dhapur Parungsari. Perbedaannya, Keris Parungsari memiliki ricikan yang lebih lengkap.

Jika pada Keris Sangkelat hanya terdapat satu lambe gajah, pada Keris Parungsari terdapat dua lambe gajah, dan pada Keris Parungsari selalu dilengkapi jenggot.

Keris dhapur Sangkelat mudah sekali dijumpai karena banyak diduplikasi. Saking terkenalnya Keris tersebut, maka banyak orang yang ingin sekali memiliki Keris Sengkelat. Dan karena banyaknya minat terhadap Keris Sengkelat maka banyak dibuat tiruannya.

Hingga saat ini Keris Sengkelat masih tetap lestari dan menjadi pusaka piandel para pejabat dan politikus karena dipercaya memiliki tuah kewibawaan yang sangat besar.

Bahkan keraton-keraton di Jawa juga memiliki Keris dhapur sengkelat sebagai pusaka Keraton. Misalnya saja Keris pusaka KK Ageng Sengkelat milik Keraton Kasunanan Surakarta, dan ada beberapa pusaka milik keraton Kasultanan Yogyakarta yang juga berdhapur Sangkelat, di antaranya: KK Laken Manik, KK Nogo Puspito, dan KK Tejokusumo.


Luk 13 pada Keris Sengkelat memiliki makna dalam khasanah tradisi Jawa sebagai las-lasaning urip (akhir kehidupan). Yaitu bersatunya kembali Manusia dengan Sang pencipta (Allah).

Makna lainnya bahwa luk 13 adalah tri welas, yaitu welas ing sesami, welas ing sato iwen, lan welas ing tetuwuhan. Semua itu diarahkan kepada keselarasan antara Manusia, alam dan lingkungannya, serta Allah sebagai inti dari Kehidupan.

Angka 13 dalam tradisi Jawa juga dianggap sebagai angka keramat. Berbeda dengan anggapan-anggapan dari budaya Negara lain yang menganggap bahwa angka 13 adalah angka pembawa sial.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, angka 13 dipercaya sebagai penolak bala, angka tiga belas merupakan angka 1 dan angka 3 yang merupakan angka ganjil yang syarat dengan makna.

Angka 1 merupakan angka pertama, dan memiliki makna permulaan, tunggal dan Esa yang mencerimkan Ketuhanan. Sedangkan angka 3 merupakan angka ganjil yang mencerminkan keseimbangan.

Angka 3 memiliki makna bahwa Manusia pada dasarnya memiliki sifat tiga perkara hidup. Misalnya:

• Ada 3 hal dalam hidup yang tidak pernah bisa kembali, yakni waktu, ucapan, dan kesempatan. Maka hendaknya ketiga hal tersebut senantiasa dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak ada sesal dikemudian hari.

• Ada 3 hal yang tidak pernah kita ketahui, yaitu rejeki, umur, dan jodoh.

• Ada 3 hal dalam hidup yang sudah pasti akan terjadi, yaitu tua, lemah, dan mati. Maka persiapkanlah dengan sebaik-baiknya karena jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yaitu:

amal jariyah
ilmu yang bermanfaat, dan
anak yang sholeh/sholeha.
Keris Sengkelat Luk 13 Pamor Kulit Semangka Sepuh

Sejarah Keris Sengkelat Luk 13
Keris Sengkelat adalah Keris pusaka luk 13 yang diciptakan pada jaman Majapahit, yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabumi (Brawijaya-V) oleh seorang Mpu kerajaan yang sangat terkenal, yaitu Pangeran Sedayu/Mpu Supo Mandrangi.

Mpu Supo Mandrangi adalah salah satu murid dari Sunan Ampel. Konon bahan utama untuk membuat Keris Sengkelat adalah cis, yaitu sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi cis tersebut didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat.

Ketika ditanya besi itu berasal dari mana, maka dijawablah bahwa besi itu milik Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan kemudian besi cis tersebut diberikan kepada Mpu Supo untuk dibuat menjadi sebilah pedang Arab.

Tapi Mpu Supo merasa sayang jika besi sebagus itu hanya dijadikan pedang yang tidak memiliki nilai artistik. Maka akhirnya besi cis tersebut dibuat menjadi sebilah Keris pusaka luk tiga belas yang sangat indah.

Kemudian oleh Sunan Ampel disarankan agar Keris tersebut diserahkan kepada Prabu Brawijaya-V. Dan ketika Prabu Brawijaya-V menerima Keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan keindahan keris tersebut dan akhirnya memberikan nama Sengkelat pada Keris pusaka tersebut karena Mpu Supo membawa Keris tersebut kepada Sang Prabu dengan cara disengkelat dipinggang.


Akhirnya Keris Sengkelat tersebut menjadi salah satu piandel/pusaka kerajaan dan diberi gelar Kanjeng Kyai Ageng Puworo, dan memiliki tempat khusus dalam gudang pusaka keraton Majapahit.

Keris Sengkelat Kuno PB Sepuh

Keris Sengkelat Kuno PB Sepuh

Keris Sengkelat Kuno PB Sepuh

Keris Sengkelat Kuno PB Sepuh

Keris Sengkelat Kuno PB Sepuh

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar